Gaji Tentara Bayaran Rusia

Gaji Tentara Bayaran Rusia

Lantas berapa bayaran Grup Wagner dalam perang melawan Ukraina?

Menurut sumber Middle East Eye, gaji yang biasa diterima Grup Wagner adalah 3.000 dolar AS (sekitar Rp45 juta) hingga 5.000 dolar AS (sekitar Rp75 juta) dalam sebulan.

Disebutkan gaji yang diterima Grup Wagner dalam operasi di Ukrania lebih besar daripada operasi biasa.

Dalam perang di Ukrania, rata-rata pasukan Grup Wagner memperoleh gaji 10.000 dolar AS (sekitar Rp151 juta) meningkat sekitar 100 persen di banding operasi biasa.

Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, diperkirakan pasukan yang dipimpin Evgeny Prigozhinini hanya memiliki sekitar 5.000 pejuang.

Sementara  kini pasukan Wagner yang berjuang di Ukraina sebanyak pasukan 50.000 yang berasal dari Turki, Jerman, Serbia, Ceko, Polandia, Hongaria, Kanada, Moldova, dan Amerika Latin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

TRIBUNNEWS.COM - Seorang warga negara Inggris dilaporkan ditangkap oleh pasukan Rusia saat bertempur untuk Ukraina.

Kantor berita pemerintah Rusia Tass mengutip sumber militer yang mengatakan bahwa apa yang mereka sebut sebagai "tentara bayaran Inggris" telah "ditawan di wilayah Kursk" Rusia.

Dalam sebuah video yang diunggah di saluran Telegram Rusia yang pro-perang pada hari Minggu (24/11/2024), pria tersebut terlihat mengenakan seragam tempur.

Pria berusia 22 tahun itu mengaku dirinya sebagai James Scott Rhys Anderson.

Berbicara menggunakan bahasa Inggris, Anderson mengatakan sebelum bertugas di Ukraina, ia bertugas sebagai Angkatan Darat Inggris, dikutip dari BBC.

Di angkatan udara Inggris, ia bertugas sebagai pemberi sinyal daari tahn 2019 hingga tahun 2023.

Hingga pada tahun 2024, Anderson mulai bergabung dengan Legiun Internasional di Ukraina untuk berperang melawan Rusia, dikutip dari The Guardian.

Ia mengaku keputusannya ini ia ambil setelah melihat laporan di televisi tentang perang.

Saat itu, ia juga sedang kehilangan pekerjaan hingga kemudian memutuskan bergabung untuk berperang melawan Rusia.

Rekaman tersebut juga menunjukkan Anderson dengan tangan terikat.

Akan tetapi, rekaman tersebut belum dapat diverifikasi dan tidak jelas kapan waktu mereka merekam video tersebut.

Seorang blogger militer pro-Kremlin yang populer, Yuri Podolyaka melalui Telegram mengatakan bahwa Anderson ditangkap di dekat desa Plekhovo di wilayah Kursk, Rusia.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1006: dalam Seminggu, Ukraina Diserang 500 Pesawat Nirawak Buatan Iran

Rusia biasanya mengklaim bahwa pejuang asing yang ditangkapnya adalah tentara bayaran.

Oleh karena itu, mereka tidak akan mendapatkan jaminan perlindungan.

Mokow/Kiev (ANTARA) - Rusia menuduh bos tentara bayaran Yevgeny Prigozhin melancarkan pemberontakan bersenjata setelah dia bersumpah akan menghukum para petinggi militer yang dituding telah membunuh 2.000 laskarnya.

Langkah ini makin memperuncing perseteruan yang kian terbuka antara Prigozhin dan para petinggi militer.

Di tengah situasi yang memanas ini, dinas keamanan Rusia (FSB) mengajukan gugatan kejahatan terhadap Prigozhin, lapor kantor berita TASS.

FSB juga meminta para personel tentara bayaran Wagner Group agar tidak mempedulikan perintah Prigozhin dan sebaliknya menangkapnya.

Wakil komandan operasi militer Rusia di Ukraina, Jenderal Sergei Surovikin, meminta petempur-petempur Wagner mematuhi Presiden Rusia Vladimit Putin, menerima komando dari para komandan militer Rusia dan kembali ke pangkalan mereka.

Dia mengatakan konflik politik bakal dimanfaatkan oleh musuh-musuh Rusia.

"Saya perintah kalian agar berhenti," kata Surovikin dengan tangan menyentuh senapan, dalam video yang diposting via Telegram.

Kebuntuan politik yang belum banyak terungkap itu tampaknya menjadi krisis domestik terbesar yang dihadapi Vladimir Putin sejak mengerahkan ribuan tentara ke Ukraina pada Februari tahun lalu.

Prigozhin yang pernah menjadi sekutu terpercaya Putin, dalam beberapa bulan terakhir tak bisa menyembunyikan perseteruan yang semakin sengit dengan para pemimpin Moskow.

Sebelumnya pada Jumat, dia kehabisan kesabaran dengan buka-bukaan menyebut alasan Rusia menyerang Ukrain didasari oleh kebohongan para petinggi militer.

Wagner Group memimpin pendudukan kota Bakhmut di Ukraina bulan lalu yang menjadi kemenangan terbesar yang dicapai Rusia dalam 10 bulan terakhir.

Prigozhin memanfaatkan keberhasilannya di medan perang untuk mengkritik para pejabat tinggi kementerian pertahanan dengan impunitas yang saat ini perlahan berkurang.

Selama berbulan-bulan, dia terang-terangan menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan panglima angkatan bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov, sebagai tidak kompeten.

Dalam serangkaian pesan audio lewat Telegram resminya larut malam, Prigozhin berkata: "Menteri pertahanan telah memerintahkan 2.000 jenazah agar disembunyikan agar tidak memperlihatkan kekalahan perang."

Dia menambahkan: "Mereka yang menghancurkan saudara-saudara kita, yang menghancurkan kehidupan puluhan ribu tentara Rusia, harus dihukum. Saya meminta agar tidak ada yang memberikan perlawanan."

"Ada 25.000 orang beserta kami dan kami akan mencari tahu mengapa kekacauan terjadi di negara ini."

Prigozhin berkilah tindakannya "bukan kudeta militer".

Dia juga menandaskan "sebagian besar militer sungguh-sungguh mendukung kami."

Sementara itu, menurut kantor berita TASS, aparat keamanan Rusia memperketat pengamanan di gedung-gedung pemerintah, fasilitas-fasilitas transportasi, dan lokasi-lokasi penting lainnya di Moskow.

Di lain pihak, Ukraina mengungkapkan serangan balasannya terhadap invasi Moskow belumlah diluncurkan.

"Saya ingin bilang bahwa pasukan utama kami belum terlibat dalam pertempuran, dan kami kini sedang mencari, menyelidiki titik-titik lemah pertahanan musuh," kata panglima angkatan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi.

Sementara itu, Jenderal Oleksandr Tarnavskyi, panglima "Tavria" Ukraina atau front selatan, mengungkapkan pasukannya mencapai kemajuan di sektor Tavria.

Tarnavskyi mengungkapkan pasukan Rusia sudah kehilangan ratusan nyawa dan 51 kendaraan militer dalam 24 jam terakhir, termasuk tiga tank dan 14 pengangkut personel lapis baja.

Sumber: ReutersBaca juga: Bos tentara bayaran Rusia sebut perang di Ukraina didasari kebohonganBaca juga: 5,000 narapidana Wagner Group diampuni setelah berperang di UkrainaBaca juga: Wagner Group rebut Bakhmut timur setelah serangan rudal Rusia

Penerjemah: Jafar M SidikEditor: Atman Ahdiat Copyright © ANTARA 2023

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon pada Kamis (24/8/2023) mengesampingkan dugaan bahwa sebuah rudal permukaan ke udara menghantam pesawat pimpinan tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin. Juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Pat Ryder, menyebut laporan serangan rudal tidak akurat.

"Penilaian kami, berdasarkan berbagai faktor, kemungkinan besar dia dibunuh," ujar Ryder.

Para pejabat AS, yang tidak mau disebutkan namanya, sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka yakin rudal permukaan ke udara yang diluncurkan dari dalam Rusia menargetkan jet pribadi Prigozhin. Para pejabat mengatakan, laporan tersebut masih bersifat awal dan masih dalam peninjauan.

Beberapa pejabat AS mengatakan kepada Wall Street Journal, laporan mereka mengindikasikan adanya bom yang ditempatkan di dalam pesawat atau bentuk sabotase lain yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Para pejabat ini mengesampingkan serangan rudal permukaan ke udara.

The New York Times yang mengutip pejabat Amerika dan negara Barat lainnya melaporkan informasi awal yang menunjukkan adanya ledakan di dalam pesawat. Namun, para pejabat tersebut mengatakan, mereka belum bisa memastikan kematian Prigozhin.

Presiden AS, Joe Biden, menyatakan, Presiden Rusia, Vladimir Putin mungkin berada di balik kecelakaan pesawat yang dilaporkan menewaskan Prigozhin. Para pejabat Amerika mengatakan, mereka tidak terkejut jika laporan kematian Prigozhin akurat.

Media yang berafiliasi dengan Wagner mengklaim, Kementerian Pertahanan Rusia menembak jatuh jet pribadi tersebut. “Kami sudah melihat laporannya. Jika hal ini benar, tidak ada yang perlu terkejut,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Prigozhin pernah menjadi orang kepercayaan Putin. Awal pekan ini, Prigozhin muncul dalam sebuah video dari Afrika. Setelah pemberontakan yang gagal melawan tentara Rusia pada Juni, Prigozhin meninggalkan negara tersebut dan berpindah ke Belarusia.

BANYAK fenomena yang menarik untuk dikaji dalam suatu peristiwa perang atau konflik bersenjata. Demikian pula halnya dalam perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 dan masih terus berkecamuk hingga tulisan ini dibuat. Dugaan adanya keterlibatan tentara bayaran (mercenary) dalam peristiwa perang bukanlah fenomena baru, termasuk dalam perang tersebut.

Menurut Sean McFate dalam tulisannya Mercenaries and Privatized Warfare Current Trends and Developments (24/4/2020), yang disampaikan dalam the UN Working Group on the Use of Mercenaries Office of the UN High Commissioner for Human Rights (OHCHR), menyatakan bahwa tentara bayaran dan tipe-tipe lain dari aktor-aktor militer swasta (private military actors) telah berkembang ke tingkat yang mengkhawatirkan. Itu karena sudah mengancam stabilitas global. Tahun-tahun terakhir menjadi saksi aktivitas tentara bayaran di Syria, Irak, Yaman, Nigeria, Libya, Ukraina, Venezuela, Republik Afrika Tengah, Mozambik, dan Republik Demokratik Kongo.

Menurutnya, sejumlah pihak menjadi klien dari para tentara bayaran termasuk Rusia, Uni Emirat Arab, Nigeria, industri ekstraktif, jalur-jalur pelayaran laut, oligarki, dan kelompok-kelompok teroris. Para tentara bayaran– atau apapun orang memilih untuk menyebutnya– tidak lagi merupakan tentara yang menjinjing senjata Kalashnikov yang terlihat dalam perang dekolonisasi di abad ke-20. Sekarang ini mereka menerbangkan helikopter serbu Mi-24 Hind, tank T-72, dan kapal patroli yang dipersenjatai. Anda dapat menyewa tim pasukan operasi khusus tier-one (semacam special mission unit/SMU) sebagai regu kematian. Bahkan terdapat para tentara bayaran di dunia maya (cyberspace), dikenal sebagai perusahaan hack-back.

Mengutip BBC (12/3), pihaknya telah berbicara dengan seorang tentara bayaran dan seorang former fighter yang memiliki hubungan dekat dengan salah satu organisasi tentara bayaran terkemuka di Rusia, yang telah menyebarkan secara detail kampanye rekrutmen. Tentara bayaran itu mengatakan bahwa banyak veteran dari organisasi rahasia Wagner (semacam perusahaan militer swasta/private military company/PMC) telah dikontak melalui sebuah grup telegram pribadi beberapa minggu sebelum perang dimulai. Telah dilaporkan pula bahwa terdapat hingga 400 fighters dari grup Wagner sudah berada di Ukraina.

Grup Wagner (the Wagner Group) pertama kali teridentifkasi pada 2014, saat grup ini mendukung separatis pro-Rusia dalam konflik di timur Ukraina. Fighter dari Wagner menjelaskan bahwa pada hari pertama invasi (Rusia) ke Ukraina, ia dikirim ke kota Kharkiv, tempat di mana unitnya dengan sukses menyelesaikan sebuah misi tanpa menjelaskan apa yang terjadi. "Kami, kemudian dibayar sebesar 2.100 dolar AS (1.600 poundsterling) untuk pekerjaan selama sebulan dan kembali ke Rusia," ujarnya kepada BBC. Namun demikian, semua keterangan tersebut dibantah oleh pihak Moskow karena PMC adalah ilegal di Rusia.

Walaupun dibantah Rusia, tetapi mengutip Sky (29/3), pernyataan sebaliknya disampaikan oleh pihak militer Ukraina bahwa pada awal bulan ini (Maret). Ukraina mengaku telah bertempur di dekat Kiev dengan anggota perusahaan militer swasta Liga, dulu dikenal sebagai Wagner. Grup ini dipercayai telah didanai oleh Yevgeny Pirogozha, seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Vladimir Putin. Grup tersebut juga dituduh oleh pihak Barat dan analis HAM telah melakukan sejumlah kekerasan di Afrika dan terlibat dalam konflik di Syria dan Libya.

Menurut Sky (10/3), Sorcha macLeod, yang mengepalai kelompok Kerja PBB tentang Penggunaan Tentara Bayaran (the UN's Working Group on the Use of Mercenaries), mengatakan kepada the Economist bahwa dari perspektif hukum, Wagner tidaklah nyata, tetapi lebih merupakan suatu jaringan perusahaan-perusahaan dan grup-grup ketimbang suatu entitas tunggal.

Di sisi lain, pada hari ke-4 serangan bersenjata Rusia dan invasi ke Ukraina, Presiden Zelensky membuat seruan kepada orang-orang asing yang mau membela Ukraina untuk bergabung dengan Legiun Internasional Pertahanan Teritorial (International Legion of Territorial Defense/ILTG), mengundang para individu untuk menghubungi misi-misi diplomatik luar negeri Ukraina di negara masing-masing. Ratusan fighters warga Amerika, Kanada, Prancis, Kroasia, Georgia, dan Belarusia menjawab panggilan itu dan pergi ke Ukraina dengan/tanpa persetujuan dari pemerintahnya sendiri.

Pada 1 Maret 2022, Zelensky mengumumkan bahwa terdapat sekitar 16 ribu foreign fighters yang secara sukarela telah masuk dinas militer. Pada 3 Maret 2022, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa foreign fighters tersebut tidak berstatus sebagai kombatan menurut hukum humaniter dan tidak berstatus sebagai tawanan perang. Rusia juga mengancam mereka sebagai kriminal atas tindakan-tindakan subversif terhadap tentara Rusia.

Terlepas dari kontroversi mengenai keberadaaan tentara bayaran dalam perang Rusia-Ukaina, juga bantahan dari pihak Rusia, maupun sebaliknya, justru afirmasi datang dari pihak Ukraina. Persoalan tentang status hukum tentara bayaran dan korps sukarela dalam perang tersebut akan dibahas secara singkat dalam perspektif hukum humaniter.

Saat ini telah ada sejumlah instrumen hukum humaniter yang terkait dengan tentara bayaran, antara lain Konvensi Jenewa 1949, Protokol Tambahan I 1977, dan Konvensi Internasional menentang Perekrutan, Penggunaan, Pembiayaan, dan Pelatihan Tentara Bayaran (International Convention against the Recruitment, Use, Financing and Training of Mercenaries) 1989 (selanjutnya disebut Konvensi Tentara Bayaran 1989).

Pasal 47 ayat (2) Protokol Tambahan I 1977 mendefinisikan tentara bayaran sebagai setiap orang yang: (a) secara khusus direkrut secara lokal atau luar negeri untuk berperang dalam konflik bersenjata; (b) pada kenyataannya, mengambil bagian langsung dalam permusuhan; (c) termotivasi untuk mengambil bagian dalam permusuhan pada dasarnya oleh keinginan untuk keuntungan pribadi dan, pada kenyataannya, dijanjikan, oleh atau atas nama pihak dalam konflik, kompensasi materi secara substansial melebihi yang dijanjikan atau dibayarkan kepada kombatan pangkat dan fungsi yang sama dalam angkatan bersenjata pihak tersebut; (d) bukan merupakan warga negara dari suatu pihak dalam konflik atau penduduk wilayah yang dikendalikan oleh suatu pihak dalam konflik;(e) bukan anggota angkatan bersenjata dari suatu pihak dalam sengketa; dan (f) tidak dikirim oleh suatu negara yang bukan merupakan pihak dalam sengketa untuk tugas resmi sebagai anggota angkatan bersenjatanya.

Definisi tentara bayaran juga diatur dalam Pasal 1 Konvensi Tentara Bayaran 1989. Singkatnya, tentara bayaran pada dasarnya bukan merupakan warga negara dari negara yang sedang berperang. Ia bertempur dan melakukan berbagai operasi militer lainnya dengan motif ekonomi (imbalan uang) demi keuntungan pribadi. Mereka tak peduli ideologi, kebangsaan atau paham politik atas peperangan yang dilakukan. Hal tersebut tentunya berbanding terbalik dengan tentara reguler yang bertempur atas nama negaranya dan tidak bermotif ekonomi.

Menurut Pasal 4 Konvensi Jenewa III 1949 tentang Perlakuan terhadap Tawanan Perang, tentara bayaran tidak dianggap sebagai kombatan (combatant). Lalu, Pasal 47 ayat (1) Protokol Tambahan I 1977 yang mengatur Konflik Bersenjata Internasional menegaskan bahwa: “A mercenary shall not have the right to be a combatant or a prisoner of war.” Berdasarkan kedua pasal tersebut, maka akibat hukum yang timbul terhadap tentara bayaran adalah ia tak berhak atas status kombatan (combatant) atau dengan istilah lain ia berstatus kombatan yang tidak sah (unlawful combatant). Lalu, atas dasar itu ia pun tak berhak atas status sebagai tawanan perang/prisoner of war/POW, melainkan memiliki status sebagai pelaku kriminal.    Pada dasarnya, tentara bayaran yang tertangkap harus menjalani proses hukum di negara tempat ia bertempur atau di negara yang ingin menerapkan yurisdiksinya. Itu karena tentara bayaran dianggap melakukan tindak pidana seperti diatur dalam Pasal 49 Konvensi Jenewa I 1949. Terkait hal itu, menurut Pasal 9 ayat (3) Konvensi Tentara Bayaran 1989, tentara bayaran diadili dengan menggunakan hukum pidana nasional sesuai dengan locus delicti di negara tempat ia melakukan aktivitasnya sebagai tentara bayaran.

Oleh karena itu, pihak Ukraina dapat menerapkan yurisdiksinya untuk mengadili tentara bayaran yang beroperasi dan tertangkap di wilayahnya. Terlebih lagi, negara itu telah menjadi pihak pada Konvensi Jenewa 1949, Protokol Tambahan I 1977, serta Konvensi Tentara Bayaran 1989.

Lalu, Pasal 9 ayat (2) konvensi Tentara Bayaran 1989 mengatur untuk dilakukannya ekstradisi terhadap tentara bayaran ke negara lain yang berkepentingan/ingin menerapkan yurisdiksinya, misalnya negara asal kewarganegaraan dari tentara bayaran. Sebagai contoh, mengutip liputan6.com (31/8/2004), pemerintah Afrika Selatan menghukum dua warganya yang terbukti menjadi tentara bayaran, Senin (30/8/2004). Harry Carlse dan Lourens Horn dijatuhi hukuman penjara 15 tahun berdasarkan UU Antitentara Bayaran Afrika Selatan. Hukuman dinyatakan setelah keduanya dibebaskan oleh pengadilan Zimbabwe dalam kasus perencanaan kudeta di Guinea Khatulistiwa.

Kemudian, bagaimanakah status hukum ILTG menurut hukum humaniter? ILTG dapat digolongkan sebagai kombatan dengan kriteria sebagai korps sukarelawan (volunteer corps) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 Hague Regulations (Annex dari Konvensi IV Den Haag 1907). Terlebih lagi otoritas Ukraina telah mengatur korps sukarelawan ke dalam hukum nasionalnya dan berada di bawah komando yang bertanggung jawab. Oleh karena itu ILTG berhak atas status kombatan dan jika tertangkap oleh pihak musuh (Rusia), harus diperlakukan sebagai tawanan perang/POW (bukan sebagai kriminal seperti halnya tentara bayaran).

Mengutip Ilya Nuzov (8/3/2022), Pada 17 March 2015, UU Ukraina No. 2389 telah mengamandemen undang-undang yang memungkinkan orang asing untuk bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina (the Armed Forces of Ukraine/AFU), berdasarkan kontrak, penggajian di level yang sama seperti halnya warga negara Ukraina dari kepangkatan yang sama. Pada 2016, Dekrit Presiden No. 248 mengatur bahwa “Orang-orang asing, yang secara legal berada di wilayah teritorial Ukraina dapat diterima untuk masuk ke dinas militer berdasarkan kontrak dengan AFU atas dasar kesukarelaan.”

Dekrit ini menetapkan bahwa orang-orang asing yang lulus penilaian kesehatan, psikologis dan kompetensi profesionalnya dapat menjadi anggota AFU. Dekrit Preiden tertanggal 28 Februari 2022 No. 82 menetapkan rezim bebas visa bagi para orang asing yang ingin bergabung dengan ILTG dalam Unit Pertahanan Teritorial-AFU, sesuai dengan kerangka hukum yang berlaku (di Ukraina).

Walaupun perang di era modern seperti saat ini semakin kompleks, namun para pihak yang bertikai tetap harus mengacu kepada norma hukum humaniter yang berlaku. Salah satunya adalah prinsip pembedaan (distinction principle) yang menentukan/membedakan pihak yang berhak ikut serta dalam pertikaian bersenjata yaitu kombatan dan tidak berhak yaitu warga sipil. Korps sukarelawan termasuk kriteria kombatan, sedangkan tentara bayaran tidak termasuk.

Moskow (ANTARA) - Kremlin pada Kamis menyatakan tidak melacak pergerakan pemimpin tentara bayaran Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, setelah Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengungkapkan Prigozhin sudah tidak lagi berada di Belarus.

Lukashenko adalah orang yang menengahi kesepakatan yang mengakhiri pemberontakan Wagner Grup di Rusia bulan lalu.

Lukashenko mengungkapkan Prigozhin saat ini kemungkinan sudah berada di St Petersburg, atau barangkali telah bergerak ke Moskow.

"Dia tidak berada di wilayah Belarus," kata Lukashenko dalam konferensi pers di Minsk.Baca juga: Putin dan tentara bayaran Wagner

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berkata kepada wartawan bahwa belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Lukashenko.

Peskov juga menyatakan belum bisa memastikan agenda yang dibicarakan kedua kepala negara itu, namun sebelumnya Lukashenko menyatakan Prigozhin akan dibahas dalam pertemuan dengan Putin tersebut.

Sementara itu, menurut data yang melacak penerbangan pesawat, sebuah pesawat pribadi terkait Prigozhin meninggalkan St Petersburg menuju Moskow pada Rabu dan kemudian ke Rusia selatan keesokan harinya.

Namun demikian, belum jelas benar apakah Prigozhin berada dalam pesawat itu.

Televisi pemerintah Rusia pada Rabu malam kemarin memuntahkan kritik keras kepada Prigozhin dan menyatakan pemerintah Rusia saat ini tengah menggelar penyelidikan atas pemberontakan yang dilakukan bos Wagner tersebut.Baca juga: Rusia tawarkan tiga opsi ke tentara Wagner setelah pemberontakan gagal

Prigozhin menuduh para pejabat teras Rusia melakukan korupsi dan tidak kompeten memimpin perang di Ukraina, untuk kemudian menggelar "Parade Keadilan" pada 24 Juni sebagai protes terhadap pimpinan militer.

Manuver Prigozhin berakhir setelah Lukashenko menjadi mediator untuk krisis antara Wagner dan Rusia tersebut.

Tiga hari kemudian pada 27 Juni, Lukashenko menyatakan Prigozhin sudah tiba di Belarus sebagai bagian dari kesepakatan yang mengakhiri krisis politik di Rusia setelah para serdadu Wagner sempat menduduki kota Rostov-on-Don di Rusia selatan dan kemudian berusaha bergerak menuju Moskow.

Baca juga: Rusia klaim bunuh dua jenderal Ukraina, bos Wagner tolak teken kontrakBaca juga: NATO sebut perang ilegal Putin di Ukraina picu perpecahan di Rusia

Penerjemah: Jafar M SidikEditor: M Razi Rahman Copyright © ANTARA 2023

Sekitar 3.000 mantan tentara bayaran Wagner Rusia akan gabung Pasukan Khusus Akhmat dari Chechnya. Foto/REUTERS

- Unit pasukan khusus Akhmat dari Chechnya akan menyerap 3.000 mantan tentara bayaran

Rusia. Demikian diumumkan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov.

Seorang komandan terkenal Wagner dengan tanda panggilan Ratibor juga akan bergabung dengan unit elite Chechnya.

Setelah upaya pemberontakan yang gagal oleh ketua Wagner, Yevgeny Prigozhin—yang kini sudah meninggal—pada bulan Juni 2023, pihak berwenang Rusia memberikan pilihan kepada anggota kelompok tersebut untuk menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan atau pindah ke Belarusia.

-an di saluran Telegramnya, Kadyrov menulis bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah mengalokasikan jumlah lowongan yang diperlukan untuk mengakomodasi pendatang baru di unit Akhmat.

Dia menambahkan bahwa pengaturan dan formalitas lainnya akan diselesaikan dalam waktu dekat, dan mantan tentara bayaran Wagner akan segera mengambil tindakan.

Pemimpin Chechnya tersebut memuji para mantan tentara Wagner sebagai “pejuang yang sangat efektif” dan berpengalaman, yang telah membuktikan keberanian mereka di Ukraina.

Dia menggambarkan penggabungan pasukan tersebut ke dalam unit Akhmat sebagai langkah penting yang strategis menuju peningkatan kemampuan pertahanan negara.

“Kita dipersatukan oleh satu tujuan—untuk membela tanah air dan kepentingannya. Saya yakin bahwa keputusan ini akan segera berdampak besar pada kemajuan operasi militer khusus,” kata Kadyrov, seperti dikutip dari

Pada bulan Februari, komandan Akhmat; Apty Alaudinov, mengatakan kepada media Rusia bahwa ada tiga unit terpisah yang terdiri dari mantan tentara Wagner PMC di detasemennya.

Akhmat adalah bagian dari Garda Nasional Rusia, yang merupakan kekuatan militer internal yang melapor langsung kepada presiden dan ketua Dewan Keamanan Nasional.

Wagner Group memainkan peran kunci dalam merebut kota Artyomovsk atau Bakhmut dari pasukan Ukraina di Donbas pada Mei lalu.

Bos tentara bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin, Jumat (2/6), geram dengan pasukan pro-Moskow yang disebut mencoba meledakkan para anak buahnya. Prighozhin sendiri terlibat pertikaian dengan para petinggi militer pada beberapa bulan terakhir.

Pasukan Grup Wagner di bawah komando Prigozhin sebagian besar mundur dari Kota Bakhmut, Ukraina timur, yang sebagian besar mereka rebut bulan lalu setelah memakan banyak korban, dan menyerahkan posisi mereka kepada pasukan Rusia.

Prigozhin, menulis di Telegram, mengatakan anak buahnya telah menemukan belasan lokasi di daerah belakang tempat pejabat Kementerian Pertahanan menanam berbagai alat peledak, termasuk ratusan ranjau anti-tank. Ketika ditanya mengapa ranjau-ranjau itu ditanam di sana, para pejabat mengatakan itu adalah perintah dari atasan mereka.

“Tidak perlu menanam amunisi untuk menghalangi musuh, karena (area yang dimaksud) berada di area belakang. Oleh karena itu, kami dapat berasumsi bahwa ranjau ini dimaksudkan untuk menghadapi unit Wagner yang bergerak maju,” ujarnya.

Tidak ada amunisi dan ranjau yang meledak dan dan tidak ada yang terluka, katanya, menambahkan, "Kami menganggap ini adalah upaya cambuk publik."

Kementerian Pertahanan Rusia belum dapat dimintai komentar.

Prigozhin, yang sering mengeluhkan anak buahnya tidak diberi cukup amunisi untuk menyerang Bakhmut, mengatakan pada Rabu (31/5) bahwa dia meminta jaksa untuk menyelidiki apakah pejabat senior pertahanan Rusia telah melakukan "kejahatan" sebelum atau selama perang di Ukraina. [ah/ft]

Kepala tentara bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin, mengunggah video pidato pertamanya sejak memimpin pemberontakan yang berlangsung singkat pada akhir Juni lalu. Prigozhin muncul dalam sebuah potongan video yang dirilis di saluran Telegram yang berafiliasi dengan kelompok Wagner pada hari Senin (21/8). Video itu kemungkinan diambil di sebuah wilayah di Afrika. Prigozhin terlihat berdiri di daerah gurun dengan pakaian kamuflase dan senapan di tangannya. Di kejauhan, tampak lebih banyak laki-laki bersenjata dan sebuah truk pickup. Reuters belum dapat menentukan lokasi atau memverifikasi tanggal video tersebut, tetapi pernyataan Prigozhin dan beberapa unggahan di saluran pro-Wagner menunjukkan bahwa video tersebut diambil di Afrika. "Suhu di sini +50 derajat Celsius – semuanya sesuai keinginan kami. PMC Wagner membuat Rusia lebih hebat di semua benua, dan Afrika lebih bebas. Keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat Afrika, kami membuat hidup menjadi mimpi buruk bagi ISIS dan Al-Qaeda serta bandit-bandit lainnya," kata Prigozhin dalam video tersebut.

Dia kemudian mengatakan Wagner sedang merekrut anggota baru dan kelompoknya "akan memenuhi tugas yang telah ditetapkan." Video tersebut disertai dengan nomor telepon bagi mereka yang ingin bergabung dengan kelompok tersebut. Masa depan Wagner dan Prigozhin tidak menentu sejak ia memimpin pemberontakan singkat melawan pasukan pertahanan Rusia pada akhir Juni lalu. Kremlin mengatakan Prigozhin dan beberapa tentaranya, yang telah bertempur dalam beberapa pertempuran paling sengit saat perang Ukraina, akan pergi ke Belarus. Sejak pemberontakan itu sebagian tentara Wagner telah pindah ke Belarus dan mulai melatih tentara di sana. Dalam pernyataan yang dirilis pada akhir Juli, Prigozhin juga mengatakan Wagner siap untuk meningkatkan kehadirannya di Afrika. [em/lt]

Kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, belakangan menjadi sorotan setelah menyatakan tak lagi merekrut prajurit dari penjara.

Para kombatan bayaran Wagner Group kerap berada di garis depan pertempuran Ukraina bertaruh nyawa mereka. Bahkan, salah satu personel bisa dibunuh anggota sendiri jika kabur dari pertempuran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasukan itu sebelumnya dikenal memiliki serdadu dari kumpulan narapidana. Namun kini, mereka tak lagi merekrut para tahanan tersebut setelah mengalami kerugian besar di Ukraina selatan, menurut dua sumber dekat Wagner kepada Middle East Eye.

"Kami telah sepenuhnya menyetop perekrutan narapidana ke PMC Wagner. Mereka yang bekerja untuk kami sekarang memenuhi semua kewajibannya," kata Prigozhin seperti dikutip CNN, Kamis (9/2).

Prigozhin tak menjelaskan alasan dia menyetop perekrutan napi sebagai prajuritnya. Namun sejumlah pihak menilai langkah ini merupakan perubahan strategi perang Wagner.

Terlepas dari ini, berapa sebetulnya gaji tentara Wagner?

Sebelum ada perang, tentara Wagner biasa dibayar sekitar US$3 ribu (setara Rp45 juta) sampai US$5 ribu (setara Rp75 juta) sebulan.

Namun, setelah perang pecah di Ukraina, gaji itu itu meningkat menjadi US$10 ribu (setara Rp151 juta), menurut sumber Middle East Eye.

Dengan gaji yang menggiurkan ini, Wagner berusaha menawarkan upah tersebut kepada para pejuang asing dari Turki, Serbia, Ceko, Polandia, Hongaria, Jerman, Kanada, Moldova, dan Amerika Latin.

Para prajurit asing ini bahkan disebut ditawarkan upah yang lebih tinggi dari gaji biasanya.

Saat ini, Wagner diyakini telah menghubungi kelompok kriminal lokal di Amerika Latin dan negara-negara Eropa seperti Ceko, Moldova, dan Hongaria untuk direkrut. Wagner disebut ingin memiliki pasukan yang haus darah dan tak segan membunuh demi uang.

"Mereka biasanya akan merekrut orang-orang dengan pengalaman militer yang solid, namun invasi telah mengubah Wagner," kata sumber anonim.

"Sekarang mereka mencoba menjangkau individu-individu yang tidak akan ragu untuk membunuh orang dan membutuhkan uang tunai," ucapnya.

Menurut sumber, informasi perekrutan ini sendiri sudah mulai disebarkan lewat oligarki Rusia yang tinggal di Eropa dan perantara-perantara mereka yang memiliki hubungan dengan kelompok kriminal setempat.

Para perantara digambarkan sebagai "orang-orang yang akrab dengan formasi pro-Rusia lokal, mantan tentara, dan organisasi kriminal".

Bisnis.com, JAKARTA - Grup Wagner punya peran sangat penting sebagai pasukan yang dibayar Rusia untuk melakukan invansi di Ukraina.

BBC melaporkan setidaknya terdapat 50.000 pasukan Grup Wagner yang kini sedang berjuang di garis depan Ukraina.

Menurut beberapa laporan, organisasi itu mulai merekrut dalam jumlah besar tahun lalu karena Rusia kesulitan menemukan orang untuk tentara reguler.

Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, diperkirakan Grup Wagner hanya memiliki sekitar 5.000 pejuang.

Mereka sebagian besar adalah mantan tentara berpengalaman - banyak dari mereka berasal dari resimen elit dan pasukan khusus Rusia.

Tak hanya itu, Grup Wagner terdaftar sebagai perusahaan pada tahun 2022 dan membuka markas baru di St Petersburg.